Thursday, July 19, 2007

Italia (6 Juli - 14 Juli 2007)

Kita berangkat hari Jumat (6/7) jam 6 pagi. Mendadak juga sih mutusin ke Italia, Gegen maju mundur pingin liburan denganku sebelum aku mudik. Nyari-nyari rumah, akhirnya kita dapet di vacanceselect.nl. Di situ bisa milih rumah untuk berapa orang, periodenya kapan dan lokasi. Kita nemu Casa Fucsia di Colle di Compito, yang jaraknya 12 km dari Lucca dan gak jauh juga dari Pisa. Daerah yang kita kunjungi namanya Toscana (bahasa Inggris: Tuscany), di utara Italia. Gegen 6 tahun yang lalu pernah ikut liburan aktif, naik sepeda bareng temen emailku, Nils di daerah ini. Model liburannya sekelompok dengan orang, ada bis yang ngangkut tas dan bawaan mereka, dan mereka naik sepeda keliling Toscana. Mereka ke kota Firenze (Florence), Siena dan kota lain di daerah itu dan Gegen sering cerita tentang indahnya Italia.

Photo Sharing and Video Hosting at Photobucket

Rute perjalanan kita sekitar 1300 km, lewat Venlo, Karlsuhre dan Freiburg (Jerman), Basel (Swiss), akhirnya arah Milan, Bologna dan akhirnya sebelum Pisa, ke kota Lucca. Kita gantian nyetir tiap 2 jam. Pemberhentian di Jerman bagus banget. Sistem toiletnya bayar 50 sen, dapat kartu yang bisa ditukar dengan minuman atau barang di tokonya. Toiletnya super bersih, Photo Sharing and Video Hosting at Photobucket. Sejak demam sering ke Jerman, kita jadi tambah menikmati makanan Jerman. Aku nyoba kayak perkedel bulet kecil namanya Nuremberg. Enak juga.

Nyampe Basel, kota gede di Swiss, jalanan rame karena perbaikan tapi juga karena deket kota. Aku sempet stress juga nyetir di situ. Begitu keluar Basel, banyak banget tunnel atau terowongan yang memotong gunung. Pemandangannya indah banget. Aku terus terang bukan orang gunung, tapi begitu lewat Danau Luzerne (nama lain: Lake of 4 canons), aku terkesima ngeliat biru airnyaPhoto Sharing and Video Hosting at Photobucket. Dipadu gunung yang menjulang, pantulan birunya langit mewarnai danau itu. Aku dan Gegen pingin nginep di deket sini di jalan balik ke Belanda. Berhenti di pompa bensin di Swiss, aku sebenarnya pingin beli suvenir, tapi karena gak punya uang Franc, jadi ngiler aja. Kita nyoba beli sosis buat ngemil dan kasirnya bilang mereka terima uang Euro juga.

Untuk masuk ke Swiss kita harus beli stiker yang namanya vignette. Stiker ini bisa dibeli di negara tempat tinggal kita, biasanya di organisasi mobil setempat, di Belanda namanya ANWB. Bisa juga beli di stasiun bensin sebelum masuk Swiss.

Di Italia untuk jalan tol kita juga harus bayar tol. Kalo ngantri di loketnya jadi inget jalan tol di JakartaPhoto Sharing and Video Hosting at Photobucket. Jalan tol ini perlu juga karena jalan di Italia dan Swiss yang banyak terowongan perlu biaya perawatan, dll.

Tadinya kita mau lewat Gotthardtunnel, terowongan sepanjang 17 km, tapi berhubung bensin udah mepet dan antrian masih panjang, akhirnya kita mutusin ngambil Gotthardpas (jalan biasa) dan di kota terdekat beli bensin dulu. Waktu melintasi Gotthardpas, ya ampun, jalannya berkelak-kelokPhoto Sharing and Video Hosting at Photobucket. Buat kita yang gak biasa, susah banget. Mobil-mobil setempat gak sabar dengan kita dan Gegen berapa kali minggirin mobil biar mereka bisa lewat. Nyebelin juga, tapi pemandangannya indaaaah.



Laetitia, kakak iparku sedang di Swiss. Temennya punya rumah di daerah selatan Swiss dan kita boleh nginep semalam di rumahnya. Kita dijemput di Locarno. Waktu ketemu Laetitia, dia nawarin nyetir. Gegen yang waktu itu sedang giliran dan capek juga, gak menolak tawarannya. Ternyata oh ternyata, jalanan ke rumah temennya itu (nama desanya Vergeletto), berliku-liku dan di beberapa tempat ada yang jalannya cuma satu jalurPhoto Sharing and Video Hosting at Photobucket. Gegen dan aku lega banget karena Laetitia yang nyetir. Dia lincah banget nyetirnya karena hampir tiap tahun ke situ. Aturan jalannya, orang yang jalannya menanjak dapat prioritas jalan. Di setiap jalan yang cuma satu jalur dia bunyiin klakson (biasanya ada rambu lalu lintas gambar terompet juga) buat peringatan ke lawan jalan. Dia cerita, pemilik rumah itu namanya Marjolein, temen kuliahnya dulu. Dari kecil orang tuanya selalu bawa dia liburan ke situ. Waktu rumah itu dijual, dia udah lama pingin beli rumah itu. Akhirnya dia beli rumah itu, diperbaiki dan disewakan ke temen atau lewat mulut ke mulut. Temen satu lagi namanya Trui, temen kuliah Laetitia juga.

Nyampe di Vergeletto, kita disambut Marjolein dan Trui. Rumahnya kecil, dari kayu dan batu yang disusun-susun. Marjolein cerita dia baru perbaiki rumahnya, tadinya jelek banget dan ada tikus. Laetitia ngajak kita liat rumah, ke kamar tidur atas tempat mereka tidur juga. Kita tidurnya di ruang tamu.

Besoknya kita diajak Laetitia naik kabelbaan (cabelways) ke puncak gunung. Kabelbaannya deket banget, sekitar 10 menit jalan kaki. Bayarnya lumayan juga, 15 euro per orang. Aku tadinya keder liat harganya, tapi Gegen yang pecinta gunung mau banget. Ya sudahlah, kan kita nginep di Marjolein gratis jugaPhoto Sharing and Video Hosting at Photobucket. Lumayan lama juga naik ke puncak, sekitar 15 menitan. Pemandangan dari atas indah banget. Nyampe puncak kita lanjut jalan ke atas. Laetitia cerita orang banyak yang bawa tenda dan nginep di situ. Tadinya kita mau ke danau di puncak itu, tapi karena inget waktu kita masih mau nyetir ke Italia, akhirnya kita cuma naik setengah puncak. Kita nemu sumber air yang airnya enak banget. Dingin dan segar!! Kayaknya ini air yang paling enak yang pernah kuminum.



Kita tadinya mau makan siang di rumah Marjolein, tapi waktu naik ke kabelbaan, dia gak bergerak turun. Pas baca-baca di papan, ternyata jam 12 sampe jam 2 mbak-mbak penjaganya istirahatPhoto Sharing and Video Hosting at Photobucket. Ya sudahlah akhirnya kita ke warung deket situ, pesen makanan khas situ, Polenta (dari jagung, rada mirip couscous) yang dimakan dengan sosis dan keju. Sebenarnya bisa makan pake daging juga, tapi gak kuat harganyaPhoto Sharing and Video Hosting at Photobucket. Begitu nyampe bawah lagi, kita ke tempat temen Marjolein dulu. Temennya itu rumahnya deket sungai dan temen-temen Laetitia lagi di situ. Kita pamitan dan Laetitia pake mobil temennya ngiring kita sampe ke bawah.

Gegen nyetir sampe sebelum nyampe Milan. Waktu ke toiletnya, waaa WC jongkok Photo Sharing and Video Hosting at Photobucket. Aku nyetir di jalan tol Milan ruwet juga kayak di Basel. Bener kata orang-orang, lalu lintas di Italia emang rada serem. Pemandangan di Italia dan Swiss yang kita lewati beda banget. Di pinggir jalan banyak pohon dan ada gunung dan bukit di kejauhan. Sepanjang jalan aku ngenalin nama-nama kota atau arah ke kota yang kebanyakan kukenal dari liga sepakbola Italia, Serie A. Lewat Torino (kandang Juventus), Parma (aku dulu ngefans banget sama mereka), Genova, dll.

Kita mo nyampe di rumah yang disewa udah lumayan gelep. Deg-degan juga nyetir di tempat asing gitu. Jalanannya juga beda banget sama Belanda yang lurus dan rata. Ini jalannya berkelok tajam. Akhirnya kita nyampe juga, itupun kebetulan karena Gegen berhenti di bar buat nanya jalan. Aneh juga vacanceselect, kok gak ngasih petunjuk ke bar itu buat jalan ke rumah sewaan, kan lebih mudahPhoto Sharing and Video Hosting at Photobucket. Gegen pas ketemu dengan pemilik rumahnya dan dia jalan di depan kita ke Casa Fucsia (nama rumah sewaan).

"Rumah"nya kecil mungil, sebenarnya isinya cuma cukup buat tempat tidur gede, dapur, meja makan kecil dan shower+WC. Besoknya pas kita bangun kita liat ada wastafel buat nyuci baju, tempat duduk dengan pemandangan bukit dan pohon zaitun bahkan perlengkapan barbecue!!



Lucca
Hari Minggu kita ke kota Lucca, 12 km dari Colle di Compito. Jarak ini ternyata beda banget sama Belanda, kita nyetir setengah jam juga ke situPhoto Sharing and Video Hosting at Photobucket. Kota ini dikelilingi tembok dan mobil gak boleh masuk di situ. Kita parkir gratis di luar tembok. Waktu kita masuk ke kotanya, eh ada mobil juga. Parkirnya gak mahal-mahal banget sih, 1 euro per jam.

Kalo baca buku tentang Toscana yang kita bawa, kebanyakan pusat kota (Piazza) di daerah ini terdiri dari Duomo (gereja/katedral), kapel baptis (baptisterium), menara jam yang tinggi (campanile) dan gedung besar di sekitarnya. Bagian ini emang bener banget kalo diliat dari tiap Piazza di kota-kota yang kita kunjungi.

Kita mengelilingi tembok kota Lucca dan liat beberapa gereja kayak San Michele (yang sayang banget gak bisa dimasukin), Duomo di San Martino (isinya banyak lukisan gede-gede tentang Bunda Maria, Yesus atau santa/santo), Basilica di San Frediano dan satu kapel yang dipake untuk konser Puccini. Giacomo Puccini ini pemusik opera kelahiran Lucca yang salah satu karyanya Madama Butterfly. Waktu ke Piazza Napoleone, mereka lagi sibuk bikin panggung. Ternyata saat kita di situ ada Lucca Summer Festival, Elton John, John Legend, George Michael, Steely Dan pada konser di situ.

Kita beli es krim di deket San Michele. Mbak-mbak penjaganya liat kaos Pearl Jam-ku dan nanya apa aku suka PJ. Pas aku bilang iya, dia bilang dia suka juga. Aku cerita bulan lalu nonton konser. Ah penggemar PJ emang dimana-manaPhoto Sharing and Video Hosting at Photobucket.



Di kota Lucca ini pengalaman pertamaku menjajal makanan Italia. Ternyata pasta yang biasa kita makan sebagai makanan utama, di Italia itu makanan pembukaPhoto Sharing and Video Hosting at Photobucket. Kalo lengkapnya mereka makan antipasti (makanan kecil-kecil dari salami (sejenis sosis), zaitun asam, dll), lalu il primo (pasta) baru il secondo (makanan utama yang biasanya ikan atau daging dimakan dengan roti) dan akhirnya il dolce (dessert, biasanya tiramisu). Kita mesen pasta aja, porsinya juga gak gede-gede amat. Warung makan kita punya menu turistico (menu buat turis) yang mencakup makan dan minum yang lumayan murah (sekitar 7-8 euro). Aku suka air soda dan bahasa Italianya acqua con gas.

Malamnya kita ke resto deket rumah, taunya mereka baru buka jam 7-an. Akhirnya kita pulang dulu. Pas kita makan di situ, aku mesen daging babi ala Toscana (atasnya pake daun gak tau apa, rasanya unik) dan Gegen daging sapi pake saus merica. Di deket kita ada keluarga pada makan udang dan kerang. Ngiler juga liat mereka.

Pisa
Karena gak mau terkena pusing parkir di kota, seperti biasa kita nyari tempat yang jauh dari pusat kota. Kita nemu satu tempat parkir gede dan naik bis ke pusat kota. Abang supir bisnya gak bisa bahasa Inggris, jadi pake bahasa isyarat aja. Tiket bisnya 1,50 euro per orang, berlaku sejam. Satu-satunya atraksi ya menara miring Pisa di Campo dei Miracoli (Field of Miracles). Tempat ini turistik banget, rameee. Sekali lagi kayak yang dibilang buku, elemennya keliatan lagi: gereja, kapel baptis dan menara jam. Dimana-mana ada orang moto gaya mendorong menara, dll. Liat mereka bergaya, jadi cengar-cengir sendiriPhoto Sharing and Video Hosting at Photobucket. Di tempat penjualan tiket udah rame yang ngantri. Orang bisa beli tiket gabungan buat mengunjungi gerejanya, dua museum atau kapel baptis. Yang nyebelin tiket untuk naik ke menara miringnya gak digabung dengan yang lain dan paling mahal: 15 euroPhoto Sharing and Video Hosting at Photobucket. Akhirnya kita masuk ke gerejanya aja. Dalamnya bagus banget. Aku dua hari di Italia dan ngeliat gereja di negara ini, mikir emang pas banget pusat agama Katolik di Italia. Aku mikir maha besarnya Tuhan, memberi inspirasi buat manusia untuk bikin karya seperti itu. Setelah dari gerejanya kita liat-liat toko suvenir di sekitar komplek gereja. Aku beli kartu pos dan dibeliin kaos Snoopy dorong menaraPhoto Sharing and Video Hosting at Photobucket.



Setelah dari situ kita ke warnet gak jauh dari situ. Abang penjaganya minta liat paspor Gegen dan nyatet sesuatu. Deg-degan juga sih, tapi gak bisa bilang apa-apa. Belakangan waktu kita ke warnet lain, ternyata emang harus gitu.

Kita makan siang, aku pesen pasta pake kepiting. Lumayan enak juga. Kayak kebanyakan kota (di dunia), di sini ada penjual souvenir keliling bahkan pengamen juga. Liat anak kecil pengamen aku jadi inget di Jakarta. Anak kecil itu minta duitnya cuma sebentar.

Waktu balik ke tempat parkir, ternyata tempat itu gak jauh dari Carrefour. Kalo ke suatu tempat kita selalu nyoba transportasi lokal (kayak bis dan kereta api) dan ke supermaket buat liat produk mereka. Aku seneng banget kalo ke supermaket gitu, apalagi Carrefour, kayaknya banyak banget pilihannyaPhoto Sharing and Video Hosting at Photobucket. Aku ngiler waktu liat udang, cumi-cumi bahkan gurita di situ. Harganya murah!! Akhirnya aku beli cumi-cumi yang dimasak buat makan malam.

Firenze/Florence
Seperti biasa kalo kita ke kota gede, kita ke kota kecil gak jauh dari situ, cari parkiran dan nyambung pake angkutan umum. Kita markir mobil di deket stasiun Empoli (sekali lagi namanya familiar karena ada klub bola Empoli di Serie A) dan nyambung naik kereta. Pengalaman pertama naik kereta di Italia, keretanya kayak kereta Bandung-JakartaPhoto Sharing and Video Hosting at Photobucket. Bedanya ini pake AC alam dan di dindingnya ada grafitiPhoto Sharing and Video Hosting at Photobucket.

Nyampe Florence tadinya kita pingin naik hop bus, alias bis merah yang keliling kota pake guide dan bisa turun dimana aja, kayak waktu di York dan Luxemburg. Sayang harganya gak kuku, 20 euro per orang. Akhirnya kita jalan kaki aja. Aku pingin juga ke stadion kandang Fiorentina, klub sepak bola setempat. Di sepanjang jalan kita lewat pasar yang isinya suvenir dan tas kulit. Buset itu tas, bagus-bagus banget!!! Harganya juga wah, paling murah 25 euro, itupun tas kecil. Model-modelnya emang bagus banget.

Begitu liat katedral kota, Santa Maria del Fiore. Ya Tuhan!! Itu katedral gede banget, putih dari marmer dan gede bangetPhoto Sharing and Video Hosting at Photobucket. Sampe bingung mau motonya. Aku bayangin luarnya aja gitu, gimana dalamnya yak.



Kita tadinya pingin masuk tapi males liat antrian yang puanjang banget. Mau ke Ufizi, galeri seni tempat patung David karya Michaelangelo disimpan, sama aja, puanjang antreannyaPhoto Sharing and Video Hosting at Photobucket. Aku liat ada tempat buat beli tiket tanpa ngantri. Harganya pasti lebih mahal, tapi lumayan juga daripada ngantri gitu. Mereka juga liatin waktu-waktu buat orang yang mau beli tiket lewat mereka. Gegen dari awal udah bilang kalo di kota ini banyak banget yang mau diliat. Satu hari bener-bener gak cukup. Minimal 3 hari ke kota itu buat bisa liat semuanya. Akhirnya kita keluar masuk toko buku dan kita ke pameran karya ilmiah Leonardo Da Vinci. Aku suka Da Vinci bukan karena karya seninya, tapi liat ciptaannya dari alat perang, parasut, dll yang pernah kubaca waktu kecil. Pameran itu isinya alat-alat berdasarkan gambar dan perhitungan Da Vinci. Bener-bener bikin geleng kepala, fisikanya jago banget nih si Leo! Alat favoritku tank bentuk piramid dobel yang paling kuinget banget dari buku.

Karena puyeng liat kota yang rame banget, akhirnya kita pulang setelah makan es krim. Sebelum pulang kita ke Piazza della Signoria tempat replika patung-patung antara lain David, Perseus (karya Cellini), air mancur Neptunus dan The Rape of the Sabine Woman (karya Giambologna).



Volterra dan San Gimignano
Kita mengkombinasiin dua kota ini karena searah. Volterra ini kota kuno tempat tinggal suku Etrusci. Kota ini gak begitu istimewa, cuma banyak toko suvenir aja. Ada sih museum archeologi gitu, tapi kita gak ke situ. Gegen beli anting dan kalung dari perunggu.

Di jalan kita sering ngelewatin kebun anggur dan bunga matahari. Kita sempet berhenti sebentar moto padang bunga matahari. Pas berhenti ada bapak-bapak dia nyerocos bahasa Italia dan ngasih brosur. Ternyata di belakang padang itu ada apartemen buat disewakan ke orang.



Tiap cerita tentang San Gimignano, Gegen selalu antusias nyebut juara es krim dunia yang ada di kota ini. Kota ini terkenal karena 13 menara tingginya. Akhirnya aku makan es krim juara dunia. Emang enak banget sihPhoto Sharing and Video Hosting at Photobucket. Di kota ini kita beli 4 reproduksi lukisan kecil-kecil.



Siena
Kita beli tiket gabungan buat masuk ke katedral, kapel baptis, museum dan bawah tanah katedral yang ditemukan dan lukisan dindingnya direnovasi. Katedral Siena bener-bener indah. Lantai marmernya dipenuhi gambar tentang kehidupan manusia di jaman itu. Sayang kamera kita gak canggih dan gak bisa nangkep gambar tanpa flits (flits dilarang di gereja atau museum). Perpustakaan Piccolomini, semacam kamar kecil di dalam katedral yang isinya partitur (buku) lagu, juga indah banget hiasan di dinding dan langit-langitnya. Wikipedia punya gambar interior katedral Siena yang bagus. Isi museumnya ternyata patung dan karya asli yang dipindahkan untuk menghindari akibat perang. Bahkan mosaik jendela katedral juga dipindah ke museum ini untuk menghindari perusakan dari perang. Cerdas!
Di Siena ini juga ada satu-satunya lukisan yang meliatkan Bunda Maria menyusui Bayi Yesus.



Sekali lagi kejadian di Lucca terulang. Mas-mas pelayan resto ngeliat kaos Pearl Jam-ku dan nanya, "Are you from Washington?"
LhoPhoto Sharing and Video Hosting at Photobucket. Dia bilang dia suka PJ (yang memang dari Seattle, Washington). Aku mesen spaghetti all'aglio, olio e pepercino, alias spagetti pake minyak zaitun, seledri, bawang putih dan cabe. Enak gila!Photo Sharing and Video Hosting at PhotobucketPhoto Sharing and Video Hosting at Photobucket Padahal bahannya sederhana banget. Abis makan kita ditawari il dolce, kita pilih tiramisu. Asli Italia!

Kita juga sempet ke Piazza Del Campo, alun-alun kota Siena. Bentuk lantai alun-alunnya unik, terbagi jadi 9 bagian, sesuai jumlah pemerintahan di jaman dulu. Di depan alun-alun ada air mancur Fonte Gaia (Fountain of Joy) dan Palazzo Pubblico dengan menara Torre del Mangia-nya. Tiap 2 tahun di alun-alun ini ada pertandingan berkuda antara daerah di Siena. Tiap daerah punya bendera sendiri-sendiri dan bendera pemenang bakal menghiasi kota setelah itu.



Pas mau pulang kita nyasar. Kita markir di luar kota dan pas naik bis lupa nyatet nama haltenyaPhoto Sharing and Video Hosting at Photobucket. Lumayan lama juga nyasarnya, sampe nanya orang hotel segala. Naik turun bis kita gak bayar, supirnya dibayar gak mau sih. Pas nemu mobil rasanya lega banget. Itu bis aneh juga, kita ngambil dari halte yang sama dengan bis yang kita pake waktu ke kota, tapi kok rutenya beda. Kata Gegen inilah Italia, gak terorganisir.

Hari Jumat kita nyante, jalan di Lucca dan Carrefour Lucca, siap-siap untuk balik ke Belanda hari selanjutnya.

Hari Sabtu kita ninggalin Italia jam 9 pagi. Aku terkesan dengan negara ini, negara yang begitu memukau dengan gereja, seni, alam dan kelezatan makanannnya. Aku jatuh cinta dengan Italia. Waktu Gegen cerita tentang temen kerjanya Fransisco yang cinta banget sama Italia sampe bisa bahasa Italia (padahal dia orang Belanda asli), aku cuma pasang muka-->Photo Sharing and Video Hosting at Photobucket. Ternyata aku kena batunya. Liat Florence aku berjanji bakal balik lagi ke kota ini, liat dalam Santa Maria del Fiore dan tentu saja Roma. Setelah ini aku mau nulis surat ke sahabat penaku Katja, yang orang Jerman tapi tinggal di Verona, Italia tentang kesanku di negara pacarnya. Sayang kita gak bisa ketemuan karena dia sibuk kerja di masa liburan yang memang paling sibuk di sektor kerjanya, perhotelan.

Italy, I'll be back! Arrivederci!
Foto keseluruhan bisa diliat di: album 1 dan album 2
Kota yang disinggahi selama di Italia bisa diliat di sini

Ada beberapa hal lucu yang kuliat di Italia, misalnya ada satu stasiun bensin yang namanya Api. Lucu aja bayangin jualan bensin, namanya gituPhoto Sharing and Video Hosting at Photobucket. Di daerah pertanian banyak juga sejenis bajaj yang belakangnya bisa diisi dengan barang.

Photo Sharing and Video Hosting at Photobucketjuga yang lucu di Swiss. Waktu berhenti di stasiun bensin, aku iseng liat rokok dan cerutu buat papa mertuaku. Aku gak sengaja liat cerutu Sumatra! Inget waktu ke Medan Gegen nyari cerutu buat papanya, eh di Swiss malah ada!Photo Sharing and Video Hosting at Photobucket

Kembali ke Belanda kita mutusin ngambil Gotthardtunnel, yang panjangnya 17 km. Antriannya panjang banget, kurang lebih sejam lebih kita ngantri. Ternyata mobil yang masuk di tunnel itu mesti satu-satu dan kecepatan maksimumnya 80 km/jam. Di setiap berapa kilometer ada lampu lalu lintas buat peringatan kalo tiba-tiba ada sesuatu di terowongan dan orang harus berhenti.

Tadinya kita pingin nginep di Fluelen, desa kecil deket Danau Luzerne. Sayangnya duit kita mepet banget dan gak bisa mengimbangi malahnya hotel di Swis. Kita akhirnya makan malam di Jerman dan nyoba tidur di mobil. Malam itu panas banget dan susah buat tidur. Akhirnya kita ngelaju nyetir ke Belanda. Aku baru kali ini nyetir tengah malam gelap gulita pake kacamata. Taktiknya nyari temen seperjalanan yang bisa diintil. Aku takjub liat mobil Jerman yang bisa nyetir dengan kecepatan tinggi di tengah gelap gulita gitu. Akhirnya kita nyampe di rumah lagi jam 6 pagi.

6 comments:

Leniawati said...

Kita sama nih ret, suka souvenir dan kesupermarket buat barang lokal:) waah kompak kita nih ret kalo one time travel bareng:) kapan ya ret kita travel bareng:)

Leniawati said...

Ret, indahnya itu italia:)
mauuuu dooong kesanaaaa

W said...

wooooo, top dah liburannya. laporannya lengkap banget dan edukatif, hihi...
foto2nya bagus2, asik ya italia itu. kena jampi2 italia ya kau, eheee.. aku juga suka kecuali sama wc jorok dan jongkok dengan lubang item tak berdasar. :-P
kalo september jadi ke toscane gw mau pake rutemu, boleh pan. bayar copyright kaga. kalo kaga gw ke garda meer. ato ke zuid f. tauk lah.

MCS said...

kamu ga moto gaya dorong menara pisa jg ret?hihihi..

ika said...

huah panjang bacanya .. tapi seruuu ya no ... kena batunya nih skrg, jatuh cinta ma itali! xixixii!

abis itu om ge2n ditinggal doong. . huhuhu ... meranaa!!

missyasmina said...

Wow, laporan lengkap, aku bookmark deh, abis kita belom pernah ke Pisa, Lucca dan Volterra... Tuscany is so lovely, dan kini dikau lagi di Indo, asik banget, I'm so jealous...