Sunday, August 28, 2005

Brugge, Gent dan Philippine

Perhentian untuk makan siang sebelum menyeberangi Westerschelde adalah di kota Goes. Kotanya gak begitu besar.


Dermaga kecil


Stadhuis atau rumah kota Goes


Gereja di dekat alun-alun


Untuk menyeberang dari Goes ke Terneuzen, kita lewat terowongan bawah laut (Terowongan Westerschelde), yang mulai dioperasikan sejak 2003. Sebelumnya orang naik feri untuk menyeberang, sejak ada terowongan ini, pengoperasian feri dihentikan dan sempat mengundang kritik dari berbagai pihak. Untuk lewat terowongan yang panjangnya 6,6 km ini, kita harus bayar tol.

Sampai di seberang, Terneuzen tempat hotel kita berada, tidak jauh lagi. Ternyata hotel kita letaknya di tengah perumahan. Waktu check in, aku ngintip buku tamunya. Ada orang yang mengeluh hotel ini lokasinya jauh dari mana-mana, tidak menarik,dll. Karena hotelnya murah, kita mikir yang penting tempatnya bersih, toh kita numpang tidur aja di situ. Kamarnya bersih, lumayan juga. Yang mengecewakan cuma letaknya.

Setelah naruh barang di kamar, kita lanjut ke pusat kota Terneuzen. Ternyata kotanya kecil. Gegen pingin ngopi dan kita mampir ke toko kopi kecil. Ternyata tokonya jualan eclair, semacam sus panjang yang di atasnya dilapisi coklatImage hosted by Photobucket.com. Eclair ini salah satu kue favoritku, yang cuma bisa dijumpai di Belgia. Pas liat kue itu di sini, kaget juga, tapi setelah mikir, mungkin karena jarak Terneuzen yang gak jauh dari Belgia, kue ini jadi ada di situ. Setelah ngopi, kita muter-muter liat toko. Pulangnya kita mampir di kedai makan Indonesia. Enak juga makanannya, ibu yang jualan bisa bahasa Indonesia. Dia wanti-wanti hati-hati dengan sambalImage hosted by Photobucket.com.

Hari selanjutnya kita jalan ke Brugge atau Bruges. Brugge bukan kota asing buat kita. Aku sudah tiga kali ke sini dan Gegen tidak terhitung berapa kali karena dulu hampir setiap tahun nengok budenya yang jadi biarawati di Brugge. Jarak Brugge-Terneuzen 60 km. Pas kita hampir nyampe Brugge, ternyata kita ngelewatin biara tempat bude Gegen pernah bertugas. Budenya sendiri sudah meninggal 13 tahun yang lalu. Akhirnya kita mampir di situ, siapa tahu boleh liat kuburannya.

Nyampe biara, ternyata suster jaganya masih ingat dengan Gegen yang hampir tiap tahun bersama keluarganya main dan nginap di situ. Kita diperbolehkan mengunjungi kuburan Suster Michaela, bude Gegen. Selain itu kita boleh muter-muter di sekitar biara yang gede banget, sambil Gegen mengenang masa kecilnyaImage hosted by Photobucket.com.





Brugge punya sistem parkir yang bagus banget. Orang yang parkir di gedung parkir dekat stasiun kereta api, boleh naik bis gratis menuju ke pusat kota Brugge. Tiket parkirnya pun murah sekali, 2,50 euro per hari. Nyampe di pusat Brugge, kita makan siang, panekuk di kafe kecil yang namanya . Heran tiap makan panekuk di Belgia, rasanya gak berat seperti panekuk Belanda, apa mungkin karena lebih tipis ya?Image hosted by Photobucket.com

Image hosted by Photobucket.com


Selesai makan kita lihat-lihat gedung di alun-alun, liat-liat toko Tintin. Kebetulan di salah satu gedung di alun-alun sedang ada pameran pemahat terkenal, Rodin. Sayang tiket pamerannya mahal, jadi liat-liat luarnya aja. Setelah itu kita nyari tur naik perahu yang tersedia banyak di dekat kanal. Pemandunya bapak-bapak tua, bicara dalam bahasa Belanda, Perancis, Inggris dan Jerman. Dia menjelaskan gedung-gedung yang dilewati, juga bercerita di Brugge dulu ada kurang lebih 700 patung kecil yang tersebar di penjuru kota, tapi sekarang cuma sekitar 300 buah yang dipelihara.
Setelah tur selesai, kita keliling aja di pusat kota dan nyari apa lagi kalau bukan coklat!!








Hari Sabtu, kepalaku tiba-tiba pusing banget, untung setelah minum obat, jadi membaik. Rencana kita pingin ke Philippine, desa kecil tempat berlangsungnya Festival Mosselen atau kerang hijau (Mytilus sp.). Daerah Zeeland (dan Belgia) terkenal dengan kerang hijau, mumpung kita di sini, sekalian kesempatan mencicipi makanan khas daerah. Karena porsinya yang lumayan gede (padahal kerangnya disajikan bersama cangkangnya, porsi kerangnya netto mungkin tidak sebesar yang disangka), kita mesan satu porsi untuk berdua saja. Makannya bersama kentang goreng dan tiga macam saus. Enak juga, tapi rada berat, karena aroma bawang bombay yang kuat dan dikasih krim.



Berhubung Philippine ini kecil sekali dan 5 menit sudah selesai dikelilingi, kita mutusin balik lagi ke Belgia. Kali ini ke kota Gent (Ghent) yang tidak jauh lagi jaraknya. Aku pernah beberapa kali ke Gent tapi belum pernah ke pusat kotanya, paling ke kampus Universitas Gent-nya sendiri. Cari-cari parkir, akhirnya nemu parkiran di Gent-Zuid (Gent Selatan). Di dekat situ ada pusat perbelanjaan juga. Jalan sebentar, nyampe ke pusat kota Gent. Ternyata gede juga. Ada satu gereja (sepertinya katedral) yang besar sekali. Kita bisa masuk ke dalamnya. Duh, jadi ingat Sacre Coeur di Paris, kayaknya ini mirip-mirip gereja itu.





Sebelum pulang, kita ngisi perut dengan wafel Belgia yang bau harumnya selalu menguar di jalanan. Enaknyaa. Di perjalanan pulang ke Belanda, mampir dulu ke supermaket Delhaize dan beli beberapa makanan dan minuman yang bikin kangen dengan Belgia : jus merek Garnini, coklat Cote d'Or, coklat Mikado dan keju La fache qui rit.




Foto ukuran besar bisa dilihat di sini

sumber foto tunnel dari http://zeeland.nl

Monday, June 20, 2005

Ameland

Rabu, 15 Juni 2005

Untuk mencapai ke Ameland, kita harus ke pelabuhan di Holwerd, yang kalo diliat, hampir di ujung Belanda. Dari Bemmel kita naik bis dulu ke Nijmegen, dari situ naik kereta dulu ke Zwolle, nyambung ke Leeuwarden, baru terakhir naik bis ke Holwerd. Kita berangkat sesuai jadual yang dicatat dari website angkutan umum di sini. Ternyata di stasiun Dieren (2 stasiun sebelum Zwolle), keretanya berhenti lama, katanya pintunya gak bisa ditutupImage hosted by Photobucket.com. Akhirnya penumpang yang berada di gerbong yang pintunya gak bisa ditutup, harus pindah. Akhirnya kereta bergerak, eh sampe stasiun berikutnya, dibilang kita harus pindah kereta, padahal Zwolle udah stasiun berikutnyaImage hosted by Photobucket.com. Kita udah pesimis aja bakal sampe Holwerd tepat waktu, sedangkan feri ke Ameland yang kita tuju jam 13.30, feri selanjutnya 16.30Image hosted by Photobucket.com. Ternyata dewi fortuna masih baik ke kita, nyampe tepat waktuImage hosted by Photobucket.com.



Feri ke Ameland cuma 45 menit, dari situ kita nyambung ke hotel naik taksi. Eh gak tau kenapa, mungkin bawaan dari jalan seharian di Pasar Malam sehari sebelumnya, pahaku pegel banget. Akhirnya kita sepakat hari ini ngaso aja di kamar hotel, sorean kita jalan ke Nes, desa paling besar di Ameland.





Ameland ini salah satu dari 4 jajaran pulau di laut Wadden yang termasuk propinsi Friesland, propinsi paling utara Belanda. Friesland ngetopnya ya Frisian Flag alias merek Susu Bendera, yang memang dari sini asalnya. Uniknya propinsi ini, mereka punya bahasa daerah sendiri, bukan aksen bahasa Belanda yang memang beda-beda satu daerah dengan yang lain. Mereka rada fanatik juga dengan bahasa daerah mereka, juga benderanya. Ada satu event olah raga, yang namanya Elf Steden Tocht atau 11 States Journey, pertandingan ice skating di kanal menyusuri sebelas kota kecil di Friesland. Sayangnya, karena cuaca yang gak memungkinkan terbentuknya es yang benar-benar bisa untuk pertandingan ini, event ini jadi blom pernah diselenggarakan lagi sejak 1997.

Ada empat desa di pulau Ameland, yang paling besar adalah Nes (yang dekat pelabuhan) dan Hollum, kemudian desa kecil Buren dan Ballum. Hotel kita letaknya di Nes, deket pelabuhan.

Kamis, 16 Juni 2005

Hari ini rencana ke Robbeneiland, pulau kecil banget (lebih tepat disebut gundukan pasir sebenarnya, tempat anjing laut berjemur. Setelah sarapan, kita jalan ke pusat Nes lalu nyewa sepeda, langsung untuk 3 hari. Kita nyepeda lagi ke pelabuhan, menuju kapal untuk Robbentocht atau tur ke pulau Robben. Kita lumayan pagi nyampe sana, termasuk yang paling pertama. Kita bisa duduk di atas atau di bawah, di dalam. Gak lama kemudian, mulai banyak penumpang lain yang datang, kebanyakan orang Jerman dan anak sekolah. Turnya berlangsung kurang lebih 2,5 jam, guidenya berbicara di dua bahasa: Belanda dan Jerman. Waktu deket pulau Robben, kita disuruh diam, gak boleh berbicara, motor kapal juga dimatikan, supaya anjing lautnya tidak takut dan lari. Lucu-lucu anjing lautnya, berjemur gitu. Mereka ngeliatin kapal lewat, menurutku mereka sudah terbiasa dengan kapal dan manusia, kayaknya kalopun kita ribut, mereka gak peduliImage hosted by Photobucket.com.




Kita duduknya di dalam, waktu itu cuacanya berawan, angin lautnya pun dingin dan kencang. Selesai tour, kita balik ke hotel.

Jumat, 17 Juni 2005

Hari ini seharian penuh nyepeda, pertamanya ke arah timur. Rencananya ke barat, ke arah mercu suar, eh ternyata salah liat petaImage hosted by Photobucket.com. Ya sudahlah. Di sebelah timur ini gak rame, cuma ada desa kecil Buren dan sisanya daerah-daerah alam gitu, banyak biri-biri, sapi. Setelah Buren, kita ke daerah paling ujung, namanya Het Oerd. Lumayan jauh dari Buren, 9 kmImage hosted by Photobucket.com. Nyampe sana, kita naik ke atas bukit, dimana bisa melihat bagian timur dari pulau Ameland.




Malamnya kita makan di Hollum, naik bisImage hosted by Photobucket.com. Gara-garanya Gegen liat iklan resto meksiko yang letaknya di Hollum. Dia suka banget makananan Meksiko, jadinya pingin makan di situ. Pulangnya mesti nunggu bis lumayan lama, dingin pula. Di tengah jalan balik, bisnya berhenti di suatu gedung, ternyata menjemput rombongan pemain rugby. Rame banget mereka, nyanyi yel-yel, kayaknya ada rombongan Italia gitu.

Sabtu, 18 Juni 2005

Hari ini hari terakhir tapi kita memutuskan ke bagian barat dari Ameland, ke mercu suar di Hollum. Kali ini cuacanya cerah, panas. Kita dengar hari ini orang-orang mulai ramai berdatangan, maklum wiken, juga berkaitan dengan pertandingan rugby pantai.

Pagi-pagi kita sudah berangkat dari hotel, nyepeda ke Hollum 12 km, lewat monumen petugas penjaga pantai.



Mercu suar di pulau-pulau di laut Wadden ini berbeda-beda, warna mercu suar Ameland, merah putih.



Dari mercu suar kita ke desa Hollum, liat-liat toko, setelah selesai makan, balik ke hotel, ngambil tas. Setelah ngembaliin sepeda kita nunggu bis ke pelabuhan. Feri berangkat dari Ameland jam 16.30, kita nyampe rumah jam 21.00. Pas di rumah, baru nyadar, muka kita kebakar matahari, periih Image hosted by Photobucket.com. Waktu bersepeda, anginnya dingin, jadi aku masih bercelana panjang dan berjaket jeans, lengan dan paha masih terselamatkan, si Gegen habis muka, lengan dan pahanya merah terbakar.

Setelah membandingkan dengan pulau-pulau lainnya, Ameland urutannya di tengah-tengah, gak jelek tapi gak begitu bagus juga. Kalo menurutku, pulau yang paling enak Terschelling, disusul Vlieland, Schiermonnikoog, disusul Ameland dan Texel. Texel walaupun pulau paling besar, tapi rame banget dengan turis, jadi gak berasa di pulau. Kalau dibandingkan dengan pulau di Indonesia, Lombok misalnya, mending gak usah dibandingin kali ya, masalahnya jauh banget bedanya Image hosted by Photobucket.com.