Wednesday, September 13, 2006

North England 2006


Persiapan:
- booking rumah lewat House of Britain, nemu apartemen Moorview di Westwood Lodge di Ilkley, desa antara kota Leeds dan York
- booking Bed & Breakfast (B&B) di Langeslag, Hoek van Holland
- booking B&B di Ipswich,
- booking tiket kapal Stena Line, dari Hook of Holland ke Harwich
- booking tour stadion Liverpool

Kamis sore (30/8)
Setelah makan malam berangkat ke Hoek van Holland. Aku nyetir bagian pertama setelah terowongan deket Vlaardingen dan Gegen sisanya. Nyampe di (B&B) di Langeslag sekitar jam setengah 9 malem. Kamarnya gede, ada dapur segala. WC dan shower ada satu, dibagi untuk 4 kamar. Selain kita ada tamu satu lagi. Pemilik B&B tinggal di lantai dua. Kita muterin kota sebentar dan ternyata pelabuhannya udah deket banget. Deket pelabuhan ada stasiun kereta api, yang punya alat untuk sistem tiket baru. Beberapa tahun ke depan Belanda mau bikin sistem tiket seragam untuk semua kendaraan umum dan kota ini salah satu uji cobanya.

Jumat (1/9)
Kapal kita berangkat jam 7.20, tapi kita harus check in sejam sebelumnya. Kita bangun jam 6, di pelabuhan belum banyak mobil yang ngantri. Ada yang dari Belgia, Jerman, Belanda sendiri dan Inggris. Kita ngasih print email dari Stena Line dan dikasih tiket. Setelah check in tiba saatnya ngecek paspor. Pas pasporku diperiksa, jelas yang paling lamaPhotobucket - Video and Image Hosting. Petugasnya minta ijin tinggalku juga. Aku dikasih kartu yang sama dengan kartu kalo aku naik pesawat dan harus transit di Singapur ato Kuala Lumpur. Kartu itu harus diisi dengan alamat di Inggris, dll.

Di dalam kapal ada toko, kasino, restoran, kafe sampe bioskop. Bioskopnya harus bayar. Kita liat-liat toko tapi kok akhirnya jadi puyengPhotobucket - Video and Image Hosting. Perjalanannya kurang lebih 3,5 jam, di tengah jalan kita harus mundurin jam satu jam, sesuai waktu di Inggris.

Kita nyampe Harwich jam 10.30, harus nyetir lagi 400 km ke Ilkley. Rada ngeri juga awalnya karena nyetirnya di kiri (kayak di Indonesia) dan Gegen harus nyesuaiin diri dulu. Route yang kita print dari Routenet ternyata ngaco, terpaksa ngeluarin peta. Lumayan nyasar juga kita. Di tengah jalan kita berhenti buat makan siang, bawa popmie.
Kita nyampe Ilkley jam 17.30. Nyampe apartemen yang kita sewa, Tim pemiliknya udah nyambut. Kita nyewa salah satu apartemen yang namanya Moorview karena pemandangannya ke Moor atau perbukitan di daerah situ. Ilkley letaknya di antara Leeds dan York, di daerah yang namanya Yorkshire. Apartemen kita terdiri dari dapur, ruang tamu & makan, kamar mandi dan ruang tidur. Di ruang tamu dan tidur ada tipi, tipi di ruang tamu lengkap dengan DVD dan video player. Terus terang waktu aku liat apartemen kita, aku ngerasa bersalah, kayaknya terlalu mewah. Aku orangnya biasa sederhana, yang penting jalan-jalannya. Mau tinggal dimana juga, ayo ajaPhotobucket - Video and Image Hosting. Kata Gegen sih, kita layak menikmati liburan setelah yang terjadi dengan mamanya.

Setelah makan malam kita liat-liat sekitar apartemen. Di lantai dasar ada berbagai video dan DVD, di ruang bawah tanah ada sauna, ruang fitness dan bubble bath. Gegen yang seneng sauna langsung ngiler.

Sabtu (2/9)
Paginya ujan rintik-rintik. Kita gak mau nunggu ujan reda, akhirnya jalan aja. Apartemen kita letaknya di atas, jadi ke arah pusat kota enak, jalannya menurun. Jalan untuk mobilnya punya beberapa cattle grid atau ada lubang lebar yang di atasnya dipasangi balok-balok besi supaya domba-domba gak bisa keliaran keluar dari daerah mereka.

Nyampe pusat kota kita ke stasiun, liat kedai majalah, trus di situ ada supermaket juga. Koran dan majalah di Inggris banyak banget. Dari yang bermutu tinggi sampe yang isinya gosip melulu. Belakangan kita suka baca koran di perpus deket situ walopun Gegen akhirnya beli koran The Times yang tebel dan dapet CD musik klasik. Kalo di perpus aku suka baca koran Daily Mirror yang sebenarnya isinya gak penting-penting amat, banyak tentang artis, cerita orang-orang aneh gitu.
Kita juga nanya informasi tiket kereta api ke Liverpool dan York. Setelah itu kita liat-liat toko, jalan-jalan aja di sekitar Ilkley. Pulangnya gempor juga karena jalannya nanjak.

Minggu (3/9)
Seharian ujan deres. Kita sempet pesimis juga liat cuacanya. Pas siang, cuacanya membaik, malah cenderung hangat. Kita jalan ke kota, ada supermaket kecil yang buka. Kita juga beli tiket kereta api untuk ke Liverpool hari Senennya. Setelah itu kita ke atas bukit, ada bangunan putih gitu. Ternyata bangunan itu rumah mandi (bath house). Di deket situ ada air terjun, air untuk rumah mandi asalnya dari situ.

Beberapa penampakan B&B dan desa Ilkley (arahkan mouse ke foto untuk ngeliat judul):


Senin (4/9)
Akhirnya hari yang ditunggu-tunggu tiba!! Sebenarnya kalo kita jadi ke Liverpool awal September, tadinya aku mo kopdar sama Sherly, yang kuliah di Liverpool. Tiba-tiba kejadian mama mertuaku. Sejak itu aku jadi gak berani rencana-rencana lagi. Lagian kayaknya Sherly sibuk sama kuliah dan persiapan pulangnya. Kita beli tiket murah yang baru bisa dipake setelah jam 9.30. Sebelumnya kita ke perpus lokal. Kita pingin make internet, tapi ternyata internetnya sedang rusak. Untuk ke Liverpool kita naik kereta dulu ke Leeds, dari situ ganti kereta ke Liverpool. Ilkley-Leeds cuma setengah jam, dari Leeds ke Ilkley yang jauh banget, sekitar 1,5 jam lebih kayaknya, belum lagi nunggu keretanya. Di kereta api ada tukang jual kopi, snack dan macam-macam minuman. Nyampe Liverpool udah jam 12.30. Kita beli makanan di Burger King. Setelah itu nanya gimana cara naik bis ke stadion. Kita udah booking tur stadion jam 3. Di deket stasiun ada terminal bis namanya Queen Square. Dari terminal ke stadion kurang lebih 20 menitan. Pas nyampe stadion, banyak anak kecil pake seragam lengkap LiverpoolPhotobucket - Video and Image Hosting. Sebelum mulai tur kita ke fanshop. Aku gak begitu suka kaos mereka musim ini, kaos home (untuk main di stadion sendiri) memang masih warna merah, tapi kerahnya aneh sedangkan kaos away (yang dipake pas main di kandang lawan) warnanya kuning gitu. Akhirnya aku beli kaos LFC juga tapi bukan kaos pemain. Gegen beliin gantungan buat mobil dan mug. Aku sebenarnya sebel juga karena kaos seragamnya kayak gitu. Mereka punya serpis printing nama pemain. Aku nanya bisa nyetak nama Steve McManaman (bekas pemain Liverpool yang bikin aku jatuh cinta dengan Liverpool) dan ternyata bisa, sayangnya gak bisa di kaos yang kubeliPhotobucket - Video and Image Hosting. Ya sudahlah. Setelah itu kita ke museum. Isinya sejarah Liverpool, ada cerita tentang Bill Shankly (manajer bersejarah Liverpool), turnamen yang dimenangkan Liverpool. Aku moto poster Steve McManaman sayang kabur gitu.

Akhirnya waktu tur stadion tiba. Ada sekitar 50 orang yang ikut tur, dari anak kecil sampe orang tua. Guide-nya 2 orang bapak-bapak. Kita diajak masuk ke pintu yang benaran dimasuki oleh pemain, pelatih, wasit dan pers. Di pintu masuk kita ditanyai apa semua pendukung Liverpool. Kebanyakan iya, kecuali Gegen (Feyenoord), beberapa orang Newcastle dan Manchester. Waktu masuk, ada kamar-kamar kecil yang salah satu sisinya ada papan berbagai sponsor dan atasnya ada kamera. Ternyata itu kamar untuk wawancara pemain/pelatih setelah bermain. Setelah pertandingan usai dan pemain balik ke ruang ganti, mereka diseret wartawan ke ruang itu buat diwawancarai. Selanjutnya kita ke ruang ganti pemain. Ruangnya sederhana banget. Kata pemandunya, kalo di stadion lain kayak Manchester United ruang gantinya mewah, tapi di Anfield, sarangnya Liverpool gak mewah karena pertandingan itu perang, pemain gak perlu dimanja kalo mau perang. Di ruang ganti digantung kaos-kaos pemain dan kalo mereka ganti baju juga urutannya gitu. Setelah selesai penjelasan singkat dari pemandu kita boleh foto dengan kaos pemain. Gegen langsung minta difoto deket kaos Kuyt, bekas pemain Feyenoord yang baru aja pindah ke Liverpool. Aku minta difoto deket kaos Robbie Fowler, bekas pemain Liverpool yang balik lagi ke Liverpool. Sayang Gegen kalo moto goyang, jadi gak jelas gituPhotobucket - Video and Image Hosting.

Setelah itu kita ke stadion beneran, duduk di bagian pemain, pelatih. Aku merinding waktu masuk ke stadion. Stadion ini bisa menampung 45 ribu orang. Mereka sedang membangun stadion baru yang bakal menampung 60 ribu orang, lokasinya gak jauh juga dari situ. Waktu ada yang nanya stadion ini bakal diapain setelah yang baru jadi, pemandunya bilang belum jelas juga. Katanya di sini banyak ditebarin abu penggemar Liverpool, jadi ada keberatan juga dari keluarga mereka. AbuPhotobucket - Video and Image Hosting? Ada-ada ajaPhotobucket - Video and Image Hosting. Trus kita dibawa ke satu sisi yang paling tua. Sisi ini yang paling bersejarah, saking tuanya sampe sempet rubuh dan menelan korban jiwa. Stadion ini nama resminya The Kop, sejarahnya dulu banyak orang dari Liverpool yang dikirim ke Afrika Selatan untuk perang. Perang itu namanya Spinkop dan untuk mengenang korban jiwa perang ini, stadion Liverpool dinamakan The Kop. Virtual tour stadion ada di website-nya.

Selesai tur, waktu kita gak banyak lagi. Kita balik ke pusat kota dan mutusin ke Albert Dock, daerah pelabuhan. Kita jalan kaki aja ke sana, lewat pusat perbelanjaan. Kita ngelewatin Royal Liver Building, yang atasnya ada Liverbird, simbol kota dan klub sepak bola Liverpool. Deket bangunan itu ada museum juga. Di Albert Dock ada restoran, kafe, toko-toko dan museum The Beatles!. Kita langsung males liat harga tiketnya, 9 poundsterlingPhotobucket - Video and Image Hosting. Akhirnya cuma liat fanshop. Aku jadi inget Erdi, temen kuliahku yang gila The Beatles. Tiap dia pegang gitar, aku minta dimainin Love Me DoPhotobucket - Video and Image Hosting. Salah satu toko suvenir di situ masih buka, harganya miring juga. Beli kaos satu, dapet gratis satu. Akhirnya aku beli kaos dan yang gratis untuk Gegen. Pulangnya kita beli roti dibagi dua di Subway.

Beberapa penampakan Liverpool:



Selasa (5/9)
Ujan lagi. Cuma ke stasiun beli tiket ke York dan ke perpus, make internet.

Rabu (6/9)
Gegen pingin ke York, katanya kotanya tua dan antik. Untuk ke situ kita juga perlu naik kereta dulu ke Leeds. Aku ngusulin kita pas nyampe York naik bis City sightseeing yang ada pemandunya dan tiketnya bisa dipake naik-turun ke tempat-tempat wisata. Sesampai di York kita langsung naik bis, ikut tur muterin kota satu kali terus turun waktu nyampe di pusat kota. Kotanya bagus juga, dikelilingi tembok tinggi. Beberapa bagiannya ada yang harus dijebol untuk jalan raya. Pemandu tur kita ibu-ibu tua gitu, dia hari ini udah beberapa putaran memandu turis. Katanya kita rombongan yang terakhir. Bisnya lewat pusat kota, liat puncak gereja York Minster dari kejauhan, lewat ke lapangan pacuan kuda yang di pinggirnya pernah untuk atraksi penggantungan penjahat. Kita nemu Pizza Hut, makan pizza prasmanan, 4 pond atau 6 euro per orang (1 pond=1,5 euro).

Setelah itu kita jalan kaki ke York Minster, gereja Gothik paling tua. Jalan ke gereja itu kita ngelewatin pusat kota, liat-liat toko suvenir juga. Kita beli kue khas York dan fudge, sejenis permen karamel untuk Christine, Laetitia dan papa mertuaku. Untuk Christine kita kebetulan nemu kaleng yang ada tulisannya thank you for taking care of my catPhotobucket - Video and Image Hosting. Kita juga beli gantungan kunci untuk anak Christine yang cewek dan celengan bentuk bis merah London untuk Randy, anak baptis Gegen.

Nyampe York Minster, ternyata untuk liat ke dalamnya, mesti bayar lagi 5 pondPhotobucket - Video and Image Hosting. Waduh kita mikir panjang. Ntar aja lah kalo ada rejeki lagi ke sanaPhotobucket - Video and Image Hosting. Akhirnya kita cuma liat sedikit bagian dalamnya aja. Terus naik bis lagi, ke arah Clifford Tower. Menara ini bentuknya aneh, katanya dulu atapnya dihancurin. Orang bisa naik ke atas dan ngeliat pemandangan ke kota dari atas. Untuk naik itu, mesti bayarPhotobucket - Video and Image Hosting. Kata pemandunya, waktu jaman perang, orang-orang Yahudi diminta untuk mengganti agama mereka jadi Kristen. Mereka gak mau dan bunuh diri rame-rame di sekitar menara ini. Setiap tahun, menjelang Paskah ada peringatan untuk memperingati bunuh diri masal itu. Di sekitar menara itu ada sejenis bunga (lupa bunga apa) yang nongol menjelang peringatan. Akhirnya kita turun di stasiun untuk balik ke Ilkley.

Beberapa tampang York:


Nyampe apartemen aku capek banget. Hari itu Gegen giliran masak. Aku goreng sosis juga. Tiba-tiba dari gorengan sosis itu ada api!Photobucket - Video and Image Hosting Apinya tambah lama tambah gede. Di dapur itu ada fire blanket. Kita langsung nyamber itu dan naruh di atas panci, tapi tetep aja apinya gede. Ada pemadam api di dinding, tapi Gegen gak bisa nyopot cincin kuncinya. Dia lari ke bawah manggil orang, aku tetep di atas nyoba buka cincin. Akhirnya cincin itu kebuka dan aku cepet-cepet baca petunjuk makenya. Katanya harus kurang lebih 300 meter nyemprotnya. Aku nyemprot dua kali, satu kali balikin selimutnya, apinya serem gitu. Untung langsung matiPhotobucket - Video and Image Hosting. Karena kamarnya penuh asap aku nunggu di depan pintu. Sementara itu alarm kebakaran udah menjerit-jerit. Aku ketemu Tim, pemiliknya, dia nyuruh aku nutup semua pintu sementara dia ke dapur. Aku kira Gegen manggil dia. Aku turun ke bawah, pas di luar Gegen baru nongol. Ternyata Tim denger alarm, Gegen ngebel pintu depan tapi gak ada orang. Pas kita naik lagi, kita gak berani nutup pintu depan karena Tim masih di dalam. Pas dia keluar lagi, dia nyuruh kita masuk dan nutup pintu depan. Kita disuruh nunggu di kamar tidur karena apartemennya penuh asap. Gak lama kemudian Tim ngetok lagi, dia bilang apinya udah mati dan dia nanya gimana ceritanya. Dia bilang dia pas lagi di rumah dan liat alarm nyala. Dia kirain orang biasa bikin roti panggang gosong, ternyata bau asapnya beda. Dia bilang untung kita gak papa. Yang rusak juga cuma satu botol plastik yang kayaknya penyebab kebakaran yang emang berdirinya deket kompor, gilingan merica-garam dan panci buat masak sosis. Semua jendela dibuka karena asapnya banyak banget. Kita akhirnya makan fish and chips aja. Malemnya kita bersihin dapur yang penuh debu yang keluar dari pemadam kebakaran. Pegel!

Kamis (7/9)
Hari ini kita pingin ke Skipton, kota yang gak jauh dari Ilkley. Pingin nyobain naik bis tingkat. Sebenarnya kita rada gak enak hati karena peristiwa kemaren. Kita takut Tim minta kita ganti rugi. Perasaan kita bermasalah banget, udah nunda liburan, Gegen matahin kunci kamar mandi, trus kebakaran kemaren. Kita nyoba gak mikirin itu. Pengalaman naik bis tingkat asyik juga, apalagi liat jalan naik-turun kelak-kelok. Kita takjub aja liat supirnya yang lincah banget. Aku jadi inget waktu kecil pernah naik bis tingkat di Solo sama Oomku. Kita lewat jalan ke Bolton Abbey, puing-puing bekas puri gitu. Sayang gak bisa berhenti. Nyampe Skipton, kita muter-muter, makan siang di kedai fish and chips (lagi) tapi aku pesen ayam goreng dan Gegen pesen hamburger. Setelah itu naik perahu yang katanya lewat puri. Sebenarnya ada tur naik perahu yang 1 jam lebih, setauku itu bakal lewat kanal Leeds-Liverpool, tapi kata Gegen kelamaan. Akhirnya kita milih yang setengah jam aja. Seperahu kita berdelapan. Sungainya tenang, agak membosankan sebenarnya. Pas nyampe di bawah puri, sungainya mentok. Perahunya membalik dan pemandunya cerita tentang sungai ini. Terus terang aku gak nangkep omongannya, logatnyaPhotobucket - Video and Image Hosting. Di dinding perahu ada kertas tentang sejarah singkatnya sih. Di bawah puri itu dulunya ada saluran untuk transportasi batubara dari kereta api ke perahu. Setelah naik perahu kita muter-muter aja, trus balik ke Ilkley.

Nyampe Ilkley kita ketemu Tim dan nunjukin "hasil karya" kita ngebersihin dapur. Kita lega banget waktu dia gak bilang perlu bayar ganti rugiPhotobucket - Video and Image Hosting. Malemnya kita beres-beres karena besoknya harus check out.

Jumat (8/9)
Kita cabut dari apartemen jam setengah 10, mampir ke perpus dan supermaket Tesco sebentar lalu ke Ipswich. Sebenarnya tadinya kita bakal balik lagi ke Belanda hari Jumat, ternyata perusahaan kapalnya salah kira, kita ditaruh di hari Sabtu. Karena apartemennya cuma bisa sampe hari Jumat, kita nginep di Ipswich yang gak jauh dari Harwich. Nyampe Ipswich kita muter-muter juga nyari B&B-nya. Lagi nyasar gitu, tau-tau nemu jalannya. Kamarnya enak juga, ada kamar mandi sendiri dan deket dari pusat kota. Malemnya kita muter-muter nyari makan. Banyak anak-anak muda berkeliaran, kayaknya lagi nyari hiburan malemPhotobucket - Video and Image Hosting. Kita akhirnya makan di resto Cina, prasmanan dan banyak orang.

Sabtu (9/9)
Kita sarapan pagi di ruang makan. Selain kita ada satu ibu tua sendirian dan satu bapak. Waktu si bapak keluar, ibu pemilik B&B bilang kok di sini sepi banget. Kali dia ngidupin tipi aja. Gegen bilang kok ibu gak nyanyi aja. Dia balesnya ntar kita pada pergi lagiPhotobucket - Video and Image Hosting. Si ibu tua ikut nyeletuk, kalo kita bakal nyanyi bareng. Ibu tua ngajak kita ngobrol. Dia lagi berkunjung ke anaknya yang tinggal di Ipswich, dia sendiri tinggal di Devon, deket London. Wah kenal sama Agatha Christie dongPhotobucket - Video and Image Hosting.

Setelah sarapan kita ke pusat kota. Ada satu toko CD, namanya HMV, gile jualannyaPhotobucket - Video and Image Hosting. Mereka juga jual buku, kebanyakan biografi, harganya ada yang lagi diskon. Aku beli biografi Kurt Cobain dan Dave Grohl, Gegen beli Maradona. Ipswich kotanya biasa aja, gak turistik.

Muka Skipton dan Ipswich:


Sorenya kita ke Harwich, kapalnya berangkat jam 7 malam. Nyampe Belanda aku nyetir dari Rotterdam. Rada serem juga, apalagi pas di bagian yang lagi diperbaiki dan pinggirnya ada tembok.

Liburan kita seminggu, rasanya pendek tapi kita puas karena rasanya nyante, gak ada rencana-rencana segala. Ada beberapa hari kita gak ngapa-ngapain, cuma nyante aja. Gegen bilang dia pingin balik lagi karena sebenarnya pingin jalan naik. Kita kali ini cuma ke kota-kota gitu. Lain kali Inggris, we'll be back.

Wednesday, July 26, 2006

Namur-Dinant



Tadinya kita berencana ke Belgia, tapi belum tau mau kemana. Kita sering ke Belgia tapi selalu ke daerah Vlaanderen yang berbahasa Belanda dan belum pernah nyentuh daerah Wallonie yang berbahasa Prancis. Aku jadi inget pernah liat brosur Namur dan Dinant dan terpukau liat indahnya. Karena keadaan mama mertuaku yang naik-turun, kita jadi gak berani berencana panjang. Aku sempet iseng nyari tempat nginep di sekitar situ. Nemu website Guesthouses.be dan liat satu tempat Bed & Breakfast L'abeille yang letaknya di antara Namur-Dinant dan harganya gak mahal. Kita sempet email-emailan sama pemiliknya, yang syukurnya bisa berbahasa Belanda. Nama pemiliknya Anne-Marie dan Bruno. Kita sempet batalin karena kondisi mama mertuaku yang turun lagi (menurut GegenPhotobucket - Video and Image Hosting). Taunya kondisinya belakangan stabil dan kita bisa berangkat. Kita ngirim email lagi ke orang B&B itu, ternyata mereka masih ada tempat.

Akhirnya hari Kamis kita meluncur ke Belgia. Aku nyetir sampe perbatasan dan Gegen sisanya. Jaraknya sekitar 270-an km, waktu perjalanan 2 jam lebih. B&B-nya letaknya di desa Lustin, lumayan ruwet juga nyarinya, mana jalannya naik turun banyak belokan gitu. Yang lebih susah lagi, di Belgia penunjuk jalannya suka bikin bingung, gak ngasih petunjuk jauh sebelum belokannya, tapi pas belokannya. Akibatnya orang gak bisa siap-siap. Akhirnya kita nemu juga B&B-nya. Pemiliknya suami-istri, yang bisa bahasa Belanda istrinya. Kata Gegen kayaknya istrinya ini pelukis, soalnya banyak banget lukisan dimana-mana. Dia bisa bahasa Belanda, pake aksen Prancis yang kentel banget. Suaminya ternyata orang Italia, karena mereka lama tinggal di Jerman, dia jadinya bisa bahasa Jerman. Kalo ngomong ke kita, dia pake bahasa Jerman. Gegen sih ngerti, aku ngangguk-angguk aja. Kamar kita di lantai 2, gak ada kamar mandi dan WC, adanya wastafel. Pemandangan dari kamar kita keren banget, di depan ada hutan gitu, keliatan danau kecil dan di sebelah kanan bukit dan tebingPhotobucket - Video and Image Hosting. Kita puas sama kamarnya, walopun kalo malam suka lewat kereta api barang. Kamar mandi dan Wc-nya barengan sama pemiliknya, gak papa sih, bersih gitu kamar mandinya. Kalo malam kita juga bisa buka pintu kamar dan langsung dapet angin dari luar. Mereka juga nyediain kawat nyamuk.

Yang lebih cihui lagi sarapannya, ibu pemilik itu bikin roti dan selai sendiri. Hari kedua dia bikin tart stoberiPhotobucket - Video and Image Hosting. Kita juga begitu dateng dikasih tau tempat-tempat menarik gitu, ditunjukin peta, dll. Gegen suka karena serpisnya personal, gak kayak hotel. Aku juga suka, yang agak mengganjal sebenarnya karena gak ada tipiPhotobucket - Video and Image Hosting.

Hari pertama, kita nyampe B&B jam setengah tigaan. Karena kamarnya masih diberesin, pemiliknya nganjurin kita jalan. Dia ngasih tau abbey atau seminari deket sini, namanya Maredsous. Di daerah sini banyak puri, seminari gitu. Seminarinya biasanya selain tempat biarawan berdoa, juga untuk bikin keju, bir dan roti. Kita ke sana dan sambil nunggu tour pake guide, Gegen beli bir bikinan seminari itu dan aku minum Fanta. Abis minum gitu, katanya dia rada-rada puyeng, padahal kadar alkohol birnya milihnya yang paling rendahPhotobucket - Video and Image Hosting. Untung waktu tournya mulai, dia baikan. Guide-nya ibu-ibu gitu, ternyata ada beberapa orang di grup kita yang berbahasa Prancis. Akhirnya ibu itu dua kali neranginnya, pake bahasa Prancis dan Belanda. Selain kita ada satu keluarga dan dua pasang cowok-cewek Belgia. Salah satu cowok ngedumel karena turnya jadi lama gara-gara dua bahasa gitu. Kita kelupaan bawa kamera, jadi gak ada foto seminari ini. Kita dibawa keliling gereja, dan sekitarnya. Sayang ibu guide-nya lebih banyak cerita sejarah daripada nunjukkin seminarinya. Di tokonya aku beli Rosario kecil, kasirnya gak bisa bahasa Belanda ato Inggris, bisanya cuma bahasa Prancis. Ginilah, mental orang berbahasa Prancis, gak mau ngomong bahasa lain. Pingin dijitakPhotobucket - Video and Image Hosting.

Hari Jumatnya kita ke gua Han-sur-Lesse. Kata ibu pemilik B&B kita pake jalan lurus aja, gak usah nyebrang jembatan, katanya pemandangannya indah. Kita dikasih tau rute ke situ. Ternyata salah banget kita ngikutin petunjuknya, mana gak punya peta pulaPhotobucket - Video and Image Hosting. Kita bingung aja kok papan petunjuk jalannya pelit banget, padahal katanya Han-sur-Lesse ini gede dan terkenal. Akhirnya kita nyampe juga di situ. Atraksi di komplek gua itu bukan cuma ngeliat gua, ada safari juga. Kita milihnya gua doang, tiketnya berdua 21,50 euro. Pertamanya kita naik kereta ke atas bukit, terus nyampe di pintu gua dilanjutin jalan kaki. Nyampe di gua grup turnya dibagi lagi, yang bahasa Prancis dan Belanda. Guide kita cowok, dia bilang dia sebenarnya French speaker tapi bisa bahasa Belanda, kalo salah-salah dikit harap dimaklumi. Masuk ke gua, huaa sejuk banget, berasa pake ACPhotobucket - Video and Image Hosting. Kata guide suhu di gua sepanjang tahun 13 derajat. Kita tadinya disuruh bawa jaket, tapi karena gak bawa sama sekali, ambil resiko aja kegigilan. Ternyata gak juga, malah berasa kayak AC beneran.

Guanya gede dan bagus banget, sayang kita gak boleh moto. Gambar yang bagus ada di website gua. Walaupun bahasa Prancis, liat gambarnya aja cukup. Di bawah menu Grottes di sebelah kiri adalah nama-nama ruang-ruang di gua. Kata guide, stalactiet (batu yang numbuh dari tanah) dan stalagmiet (yang numbuh dari atas) (sumber) di gua ini pertumbuhannya 4 cm per 100 tahun Photobucket - Video and Image Hosting. Dia nunjukin satu stalactiet yang udah berhenti numbuh dan tingginya 15 meter, berarti umurnya?

Guide juga cerita kalo jaman dulu, turnya bisa berlangsung 5 jam karena belum ada jalan setapak. Kita juga lewat jembatan, yang bawahnya sungai Lesse. Ngeri banget liat ke bawah gitu. Guide cerita kalo musim dingin airnya bisa sampe ke jembatan, padahal dalamnya bisa 100 m lebihPhotobucket - Video and Image Hosting. Begitu musim semi airnya bakal surut dan mereka harus ngebersihin gua dari lumpur yang tebel banget, yang dibawa oleh air sungai Lesse. Selain lumpur, banyak juga sampah yang harus dibersihkan. Yang paling susah bersihin lampu dan perlengkapan elektronik di dalam gua.

Di akhir gua, ada satu ruang gede banget, trus kita disuruh duduk. Katanya di situ akustiknya bagus banget. Setelah semua orang duduk, semua lampu dimatiin dan musik dimainkan. Ternyata mereka ngasih pertunjukan lampu gitu, keren bangetPhotobucket - Video and Image Hosting. Pinter banget mereka ngolah atraksi gini. Setelah itu kita naik perahu, nyusurin sungai Lesse di dalam gua. Gak lama kemudian kita udah di luar lagi, ketemu panas matahari lagi. Puas kita ke gua ini, gak nyesel bayar 10 euro lebih. Setelah itu kita makan kentang goreng. Gegen pesen yang spesial, lucu selain pake mayonaise dan saus tomat, ada bawang gorengnyaPhotobucket - Video and Image Hosting. Baru kali ini kita makan kentang goreng ajaib gitu, eh tapi enak juga rasanya.

Pulangnya kita rada-rada nyasar, kata bu pemilik B&B kita lewat Rochefort, yang bagus banget. Pas kita ke sana, kok gak ada apa-apanya ya? Ada satu gereja gede gitu, tapi setelah itu biasa aja. Kita cuma beli es krim, toko-toko juga tutup karena hari itu hari libur nasional di Belgia. Kita muter-muter nyari jalan balik ke B&B tapi gak nemu-nemuPhotobucket - Video and Image Hosting. Kita gantian nyetirnya. Rada tegang juga aku karena jalannya beda dengan di Belanda yang lurus dan rata, jalanan di Belgia naik turun dan belok-belok gitu. Mana mobil di belakang kayak nguber-nguber gitu. Kita mau berhenti juga susah. Aku liat gaya nyetir di Belgia, mereka kalo stop ya stop aja, gak liat-liat belakang. Begitu juga kalo mau belok. Karena petunjuk jalannya gak dari jauh dikasih, kita harus cepet mutusin beberapa detik sebelum nyampe di persimpangan. Akhirnya kita nemu juga Lustin, tempat B&B. Kita berhenti di resto Italia kecil. Bapak pemiliknya gak bisa bahasa Inggris ato Belanda, bisanya Prancis ato ItaliaPhotobucket - Video and Image Hosting. Ya udah, pake bahasa isyarat campur-campur dah. Kalo panas gitu jadi gak selera makan, akhirnya banyak minum dan makannya paroan lasagna.

Hari Sabtu kita udah pesen tempat untuk kayak. Tadinya Gegen pingin yang sehari penuh (5 jam), tapi aku kan pingin liat-liat Dinant juga, jadinya ngambil yang 3 jam (11 km).

Dari pagi hujan turun gak hentinya dan suhu jadi sejuk. Kita gak bawa jas hujan ato sejenisnya, jadi pasrah aja. Ada tiga penyewaan kayak di Dinant, warna merah, biru dan kuning. Bu pemilik B&B udah pesan tempat buat kita di kayak biru ato Blauwe kajaks. Untung kita masih bisa ganti yang rute pendek. Kita naik kereta api dulu dari Dinant ke satu stasiun, dari situ orang-orang naik kayak. Rame banget hari itu, maklum Sabtu. Lumayan lama juga kita nunggu keretanya dateng, mana hujan pula. Turun di stasiun setelah Dinant, kayaknya udah menunggu di bawah jembatan. Kita pesen kayak yang bisa untuk berdua. Hujan turun tambah deres. Kita tadinya beli topi untuk ngindarin panas, eh malah kepake untuk hujanPhotobucket - Video and Image Hosting. Lumayan lama juga hujan turunnya. Sepanjang sungai kadang nemu tebing dan ada satu puri di pinggir sungai. Ada beberapa perhentian untuk makan atau minum juga. Ada dua kali kayak turunan sungai gitu. Gara-gara kemarau yang lama, sungainya jadi kering dan kayaknya rada susah buat turun. Di turunan yang kedua kita berhenti untuk makan. Makannya cuma ada kentang goreng dkk, sederhana gitu. Jam 3 kita selesai kayak, pegel juga. Gegen gak bawa ganti baju, jadinya kering di badan gitu. Kita jalan sebentar di tengah kota Dinant, aku pingin mampir ke Citadel (benteng) Dinant, yang letaknya di puncak bukit. Kita harus naik kereta gantung untuk mencapainya, kalo gak naik 408 anak tangga. Bentengnya ada museum gitu dan masuknya harus pake jadual dan guide. Guide-nya bapak tua, dia ngasih tur pake bahasa Perancis dan Belanda. Benteng ini dibangun di jaman waktu Belgia masih jadi satu dengan Belanda untuk menghadapi serangan Perancis (jaman Napoleon). Di akhir tur kita ditunjukin ke satu bagian yang pernah kena bom dan jadi miring. Ngeri banget jalan di situPhotobucket - Video and Image Hosting.

Selesai dari Citadel kita jalan di pinggir sungai dan naik perahu yang menyusuri sungai Maas atau Meuse (versi Perancis). Pemandangan di sekitar sungai gak begitu banyak. Sungai Maas ini menyusuri Belanda juga, antara lain lewat kota Maastricht dan Mook. Malamnya kita makan di resto Cina, seperti biasa resto Cina di Belgia lebih enak daripada di BelandaPhotobucket - Video and Image Hosting.

Hari Minggu kita balik. Baru kali ini kita sarapan sama tamu yang lain, ada sepasang cowok-cewek dari Belanda dan keluarga kecil beranggota tiga orang dari Belgia. Seperti biasa kita dikasih roti bikinan sendiri dan kali ini bu pemilik B&B bikin yoghurt dari stroberi. Enak gilaPhotobucket - Video and Image Hosting. Sebelum balik kita moto dulu bertiga sama ibu dan bapak pemiliknya (Anne-Marie dan Bruno). Kita betah di tempat mereka, pelayanannya memuaskan.

Kita sempet mampir di Namur, sayang toko-tokonya tutup semuaPhotobucket - Video and Image Hosting. Aku cuma bisa ngiler liat poster Sale di toko-toko itu. Akhirnya kita ke seminari Floreffe yang gak jauh dari situ. Seminarinya gak segede Maredsous dan jadual turnya lama. Akhirnya kita makan siang aja di kafenya. Setelah itu kita balik ke Belanda. Rasanya aku gak pingin balik ke Belanda, balik lagi ke rutinitas dan semuanya. Namur dan Dinant, for sure I'll be back again!

Saturday, May 27, 2006

Alkmaar, Kota Keju

Hari Kamis kemaren adalah hari libur Kenaikan Isa Almasih. Kita pingin jalan keluar Bemmel dan akhirnya mutusin ke Alkmaar, kota yang terkenal dengan pasar kejunya. Gegen udah lama pingin ke sana. Hari Kamis pagi kita berangkat, make tiket Lentetoer, yaitu tiket yang bisa dipakai untuk dua orang, kelas 1 dan bisa untuk ke mana saja di Belanda dalam satu hari. Jauh juga Alkmaar, 2 jam naik kereta. Nyampe Alkmaar kita langsung ke hotelnya yang deket stasiun. Waktu masuk, ternyata bagian depannya bar gitu. Gegen langsung check in dan aku ditegur bapak-bapak, yang bilang "Selamat malam." Lho kok malam? Photobucket - Video and Image Hosting Aku langsung meralat kalo yang bener adalah selamat siang. Dia langsung ngajak ngobrol, katanya pernah 5 kali ke Indonesia dan bisa kurang lebih 500 kata. Kita gak lama-lama ngobrol karena aku dan Gegen udah pingin jalan.

Kamarnya kecil, mengecewakan sebenarnya karena tarifnya lumayan mahal. Apa karena lokasi yang deket stasiun dan kotanya yang deket Amsterdam ya, makanya mahal?

Karena pasar kejunya baru hari Jumatnya, kita jalan ke Haarlem. Cuacanya masih ujan, nyebelin banget. Di dalam kereta ke Haarlem, kok kita tiba-tiba pingin ke Pasar Malam ya. Cuaca gini gak enak aja jalan di luar, mana Den Haag udah gak jauh lagi. Akhirnya kita mutusin ke Pasar Malam, di Haarlemnya cuma mampir sebentar.

Aku salah kira, kirain Pasar Malam bukanya udah dua hari sebelumnya, ternyata baru hari itu hari pertamanya. Rame banget. Mau makan, dimana-mana penuhPhotobucket - Video and Image Hosting. Karena Gegen pingin buffet, yang bisa ngambil sesuka kita (Photobucket - Video and Image Hosting), akhirnya kita nemu juga satu tempat. Sate kambing yang selalu kuincar kalo Pasar Malam belom kesampaian juga. Setelah makan kita jalan-jalan. Pingin beli tahu isi, kue-kue, di kamar hotel gak ada kulkas. Ya sudah, kata Gegen kita ke sini lagi aja, lagian masih ada tiket kereta murah beli di toko Blokker yang lagi ultah. Tiketnya mirip tiket Lentetoer tapi duduknya di kelas 2. Bener-bener gak mau rugi kitaPhotobucket - Video and Image Hosting. Setelah jalan kita berhenti buat beli sate kambing. Gegen yang masih kenyang cuma ngopi dan minum es rambutan. Lama banget mesennya. Pasangan suami-istri yang berbagi meja dengan kita juga pesanannya gak dateng-dateng. Akhirnya kita ngobrol aja. Mereka ternyata orang Padang dan Medan (kedengeran sih logatnya).

Waktu sate kambingnya dateng, walopun sate dan lontongnya gak anget, tapi rasanya enaaakkPhotobucket - Video and Image Hosting.

Hari Jumatnya kita baru ke pusat Alkmaar. Hujan tambah deres, lebih deres daripada hari sebelumnya. Tadinya kita pingin jalan-jalan pake pemandu dan setelah itu naik perahu keliling kanal, tapi cuaca gini gak enak banget. Karena hari libur panjang, rame banget orang yang nonton pasar keju. Ceritanya di pusat kota keju-keju yang masih utuh berupa blok dilelang. Yang lucu sih liat tukang gotong keju dan jinjingan keju yang unik. Selain itu ada juga orang-orang jual suvenir dan keju berbagai rasa. Kita beli satu paket berisi tiga blok kecil yang rasanya natural, pake rempah dan pake merica. Setelah itu kita ke Museum Keju yang penuh banget dengan orang. Sayang sih, karena rame gitu kita jadi keilangan mood buat liat lebih lanjut.




Waktu makan siang semua tempat makan penuhPhotobucket - Video and Image Hosting. Jalan-jalan ke gang kecil, eh nemu toko Indonesia. Akhirnya kita makan di situ aja, makanannya enak dan gak rame pula Photobucket - Video and Image Hosting. Setelah makan kita pulang.

Kesan dari perjalanan kemaren, sebenarnya Alkmaar kotanya biasa, cuma karena pasar keju tiap Jumat yang bikin istimewa.